Mazmur, Thomas, Agnes, Yokim, dan Suryani masih menunggu
cahaya yang akan menerangi mereka dari gelapnya kebodohan. Mazmur setiap hari
selalu menunggu kedatangan guru pengganti di sebuah lapangan terbang tua,
satu-satunya penghubung kampung mereka di daerah pegunungan tengah Papua
dengan kehidupan luar. Sudah enam bulan tak ada guru yang mengajar.
Karena guru tidak pernah datang akhirnya ke lima anak ini
mencari pelajaran di alam dan lingkungan sekitar. Lewat pendeta Samuel, ibu
dokter Fatimah, om Ucok dan om Jolex mereka mendapatkan banyak
pengetahuan. Sebuah kejadian mengubah semua itu. Ayah Mazmur, Blasius,
terbunuh oleh Joseph, ayah Agnes, dan paman Yokim dan Suryani. Pertikaian
antarkampung tak bisa dihindari. Kabar kematian Blasius sampai kepada Michael,
adik Blasius yang sejak kecil diambil oleh Mama Jawa yang tinggal dan belajar
di Jakarta, Michael terpukul mendengar itu.
Bersama Vina, istrinya, dia
memutuskan kembali ke Papua dan mencoba menyelesaikan permasalahan ini. Adik
bungsunya, Alex, menentang pemikiran Michael. Perang! Itu jalan satu-satunya
bagi Alex untuk membalas kematian Blasius. Orang dewasa bisa saja
bertikai, namun tidak bagi Mazmur, Thomas dan ketiga sahabatnya. Walau
kampung mereka bermusuhan, mereka tetap berkawan dan berusah mendamaikan
kedua kampung ini.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar